Menjaring Ide


Oleh Eko Prasetyo

”Kalau kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.”
~Imam Al-Ghazali~

***
Menulis itu gampang, yang sulit adalah mencari idenya. Celetukan itu keluar dari mulut seorang wartawan baru. Dia baru saja menjalani pendidikan jurnalistik yang dijadwalkan berlangsung selama tiga pekan. Ketika pemaparan teori dan kiat-kiat berburu berita disampaikan redaktur senior, para wartawan muda itu ngeh. Namun, begitu praktik langsung di lapangan, banyak yang menemui kesulitan. Padahal, mereka hanya ditargetkan menulis satu berita dalam sehari.
Seorang rekan reporter yang kini bertugas di Jakarta pernah mengalami kesulitan serupa. Terutama dalam hal mencari ide untuk tema tulisan keesokan hari. Ya, profesi jurnalis dituntut untuk selalu mengembangkan kreativitasnya. Ibaratnya, wartawan itu tidak boleh kering ide. Tak mudah memang. Namun, itulah dinamika profesi yang membutuhkan intelegensi, integritas, dan daya juang tinggi.
Pernah, suatu ketika sang teman tadi mengalami kegalauan. Gara-garanya, dia dipindah ke pos baru di bidang kesehatan. Padahal, dia kadung klop dengan pos lamanya di bidang kriminalitas. Dia juga telah menjalin hubungan yang sangat baik aparat di pos itu. Karena merasa tak punya pengetahuan dan jaringan yang memadai tentang kesehatan, dia tampak sangat risau. Dia bingung hendak menulis tentang apa. Padahal, kala itu, dia di-deadline untuk setor satu tulisan feature dan dua berita kesehatan dalam sehari.
Panik saja tidak akan menyelesaikan masalah. Diam pun tak dapat mengobati kegelisahannya. Satu-satunya solusi terbaik adalah mengerjakannya, apa pun hasilnya. Dalam posisi ”tertekan” tersebut, dia dituntut untuk mengolah kreativitasnya. Karena ditempatkan di pos kesehatan yang dia sama sekali buta soal itu, mau tak mau dia harus belajar lagi. Terutama, menjaring ide dan menjaganya agar tidak sampai kering.
Di sinilah, setiap orang sangat mungkin mengalami hal serupa dengan si wartawan itu. Dalam kondisi tertentu, seseorang bisa mengalami kekeringan ide. Hal ini tentu akan menjadi masalah besar apabila sudah dekat waktu deadline.
Maka, menjaring ide adalah langkah penting awal yang bakal dialami oleh seorang penulis. Bagaimana kiatnya?
Tentunya banyak sekali kiat untuk menjaring ide. Banyak pula para penulis profesional telah mengungkapkan dan membagikannya dalam berbagai seminar dan pelatihan menulis. Namun, setidaknya saya akan menyederhanakan kiat itu menjadi tiga jenis.
Pertama, membawa buku tulis ke mana pun kita pergi. Hal ini diperlukan karena sebenarnya ide itu berkeliaran di sekitar kita. Tinggal kita bisa atau tidak menangkap ide tersebut dan menjadikannya sebuah tulisan. Nah, buku itu menjadi alat untuk menjaring ide tersebut dan menyusunnya sebagai sebuah kerangka karangan. Dengan adanya kerangka karangan (perencanaan yang tertata), kita bakal lebih mudah menjabarkan tiap-tiap ide menjadi sebuah paragraf demi paragraf.
Kedua, perbanyak membaca. Aktivitas membaca adalah syarat mutlak bagi seseorang yang akan memulai menulis. Seorang penulis yang baik ialah pembaca yang baik pula. Maka, jangan heran banyak orang yang tulisannya seperti pepesan kosong lantaran tidak membaca.
Ketiga, banyak ngobrol. Tampaknya aneh ya? Namun, inilah salah satu kiat yang menunjang seseorang dalam menjaring ide. Dengan ngobrol –yang positif tentunya– bersama banyak orang, banyak tokoh, dan banyak teman, segepok ide bukan hal yang sulit untuk didapatkan.
Sulitnya menjaring ide jangan dijadikan sebuah hambatan. Sebab, pada dasarnya, kita dianugerahi otak dan anggota tubuh untuk tak putus berusaha. Sesulit apa pun suatu masalah, jika kita bersungguh-sungguh untuk memecahkannya, solusi bakal datang menghampiri. Sebagaimana dikatakan oleh Thomas A. Edison, ”Sukses itu terdiri atas satu persen bakat dan 99 persen keringat.”

Graha Pena, 2 September 2010

Tidak ada komentar: