Inspirasi

Oleh Eko Prasetyo

”Kita tidak harus menunggu datangnya inspirasi itu. Kita sendirilah yang menciptakannya.”
~Stephen King~

***

”Bagaimana sih cara mendapatkan inspirasi untuk menulis?” Pertanyaan nyaris sama sering terlontar dari peserta seminar atau pelatihan menulis. Terutama, menulis artikel opini di media massa.

Sebagian orang menilai inspirasi dalam menulis sama dengan ide atau gagasan. Namun, jika telaah, inspirasi dan ide berbeda makna. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dua kata itu dijelaskan sebagai berikut.

in•spi•ra•si n ilham
meng•in•spi•ra•si v menimbulkan inspirasi; mengilhami: mudah-mudahan acara historis itu dapat ~ kita untuk tujuan yg lebih mulia dan besar;
meng•in•spi•ra•si•kan v menjadikan inspirasi;
ter•in•spi•ra•si v telah diinspirasi; terilhami

ide /idé/ n rancangan yang tersusun di dalam pikiran; gagasan

Mengacu pemaparan di atas, tampak perbedaaannya. Yakni, ide telah terancang dan tersusun di dalam pikiran, sedangkan inspirasi atau ilham bisa datang kapan saja dan dari mana saja tanpa mesti terancang. Kendati begitu, ternyata bagi sebagian orang mendatangkan inspirasi itu tidak mudah.

Dalam kaitannya dengan menulis, sebuah tulisan yang inspiratif tentu memiliki nilai lebih. Karena itu, seorang redaktur akan sangat mempertimbangkan sebuah tulisan dari nilai tersebut.

Bagaimana menjadikan sebuah tulisan memiliki nilai inspiratif? Sebuah artikel ilmiah di media massa alias opini wajib memenuhi beberapa syarat. Salah satunya, aktualitas. Semakin aktual sebuah tulisan, semakin besar peluangnya untuk dimuat.

Nah, nilai inspirasi perlu diselipkan ke dalam konteks aktualitas tersebut. Hal ini bergantung pada kejelian sang penulis dalam mengambil sudut pandang tertentu (angle). Upayakan untuk menghadirkan angle yang berbeda. Hal ini penting diperhatikan apabila tema yang diambil dinilai bakal diangkat pula oleh banyak penulis. Sebab, persaingan menulis di media sangat ketat. Tentunya, kita juga bakal bersaing dengan banyak penulis ternama.

Kebanyakan penulis pemula mengeluhkan sulitnya ”menembus” media massa. Padahal, mereka mengaku sudah berupaya membuat tulisan yang dianggap bagus. Namun, baca ulang dan telaah lagi tulisan tersebut. Jika sudah memenuhi unsur aktualitas, apakah tulisan itu mampu menginspirasi (mengilhami) pembaca?

Apabila sebuah tulisan dianggap memenuhi unsur aktualitas dan inspiratif, tapi tetap tidak dimuat, apa yang mesti dilakukan? Langkah pertama tentu saja konsisten dan menjaga komitmen untuk tetap menulis, terlepas tulisannya belum bisa dimuat. Kegagalan merupakan cambuk menuju keberhasilan. Bahkan, dari kegagalan itu, kita dapat menghadirkan inspirasi. So, keep writing!

Graha Pena, 3 Agustus 2010
www.samuderaislam.blogspot.com

Tidak ada komentar: