Membaca atau Menulis Dulu?

Oleh Eko Prasetyo

Orang bijak memperoleh keuntungan yang lebih banyak daripada yang didapat orang bodoh. Sebab, orang bijak menghindari kesalahan-kesalahan orang bodoh, tetapi orang bodoh tidak meniru keberhasilan orang bijak. (Cato)

*****
Seorang kawan mendatangi saya dan menanyakan sesuatu yang tampaknya membuat dia bimbang. Dia mengatakan hendak membeli rumah tipe 36 di daerah Surabaya atau Sidoarjo. Di sisi lain, dia juga berniat membeli sebuah mobil. Alasannya, dia sering bertugas ke luar kota. Masalahnya, budget yang dia miliki hanya cukup untuk beli rumah saja atau mobil saja. Sebab, harganya memang tidak bertaut jauh, beda-beda tipis.

Mana yang lebih dulu dibeli? Pertanyaan tersebut dia lontarkan saat berdiskusi dengan saya. Sekilas, menjawabnya mudah. Yakni, mana yang lebih dibutuhkan dan lebih tinggi tingkat urgensinya. Namun, teman saya itu berkilah bahwa dua-duanya dibutuhkan dan sama-sama urgen. Terdengar kemaruk memang, tapi dia menyimpan pembenaran atas keinginannya tersebut.

Memang jamak masalah seperti itu, yakni menentukan salah satu di antara dua pilihan yang sama-sama dianggap urgen dan penting. Misalnya, seperti kawan saya tadi, beli rumah atau mobil dulu. Pertanyaan opsional memang kadang sulit untuk langsung dijawab. Sebab, dibutuhkan pertimbangan yang betul-betul matang.

Saya memberikan jalan tengahnya. Yakni, beli karena membutuhkan, bukan beli karena alasan keinginan. Rekan saya tadi berpikir sejenak, berterima kasih, lantas berlalu.

Pertanyaan hampir mirip terlontar dalam suatu seminar menulis. Seorang peserta bertanya, mana yang lebih dulu: membaca atau menulis? Susah-susah gampang menjawabnya. Itu umumnya terjadi pada orang yang baru mulai belajar menulis atau penulis pemula.

Namun, pertanyaan tersebut berbeda dengan kasus kawan saya tadi, meski sama-sama opsional. Membaca dan menulis tak sama dengan mendahulukan membeli rumah atau mobil dahulu. Sebab, kegiatan membaca dan menulis memiliki kesinambungan dan urgensi yang sama.

Membaca tanpa menulis bagi sebagian orang –khususnya yang menyukai menulis– dianggap hambar. Sementara menulis tanpa membaca dinilai memengaruhi kualitas tulisan. Sebab, memang dibutuhkan literatur ketika menulis sebagai penunjang data tulisan.

Masalahnya, ketika merasa bingung memulai menulis dari mana, pertanyaan itu (membaca dulu atau menulu dulu) mengganggu kembali. Pada kasus demikian, kita dituntut untuk bijak. Mendahulukan salah satu di antara dua kegiatan tersebut tidak salah. Yang salah adalah bila tidak melakukan keduanya. Bagaimana menurut Anda?

Graha Pena, 22 Agustus 2010
prasetyo_pirates@yahoo.co.id

Tidak ada komentar: