Karakter No Action Talk Only

Oleh Eko Prasetyo

”Children have never been very good at listening to their elders, but they have never failed to imitate them.”
(Anak-anak tidak pernah pandai mendengarkan apa yang dikatakan para orang tua atau guru, tetapi mereka tidak pernah gagal dalam meniru mereka)
~James Baldwin~

*****

Sebuah buku lawas –agak butut karena sebagian sampulnya sobek– menarik perhatian saya. Sampul depannya didominasi warna merah dan ilustrasi seorang lelaki dengan topi khas Rusia memegang pistol. Jika beruntung, buku jadul seperti itu bisa didapatkan di toko buku bekas.

Judulnya Mati Ketawa Cara Rusia. Buku berisi banyolan khas Negeri Kamerad itu disunting oleh Zhanna Dolgopolova. Di Indonesia, buku tersebut diterjemahkan dan diterbitkan kali pertama pada 1983 oleh Grafiti Press dari Grup Tempo.

Sayang, buku itu kini jarang ditemukan di toko-toko buku. Padahal, isinya sangat bagus. Bahkan, bisa dikatakan cukup relevan dengan kejadian terkini di Indonesia. Berikut salah satu kutipannya.

Alkisah di Rusia (saat masih bernama Uni Sovyet), seorang tokoh Partai Komunis Sovyet selalu berorasi untuk mengedepankan gotong royong dan bahu-membahu dalam mendorong kemajuan partai.

Suatu hari dia berkunjung ke sebuah daerah di pedalaman Siberia. Namun, terjadi kecelakaan yang mengakibatkan mobil yang ditumpanginya terperosok ke dalam sebuah genangan lumpur.

Kebetulan ada beberapa penduduk di dekat tempat kejadian. Mereka segera mengerumuni mobil tersebut.

”Kalian kenal saya kan?” tanya sang politikus.
”Kenal Kamerad.”
”Kalian sering mendengar pidato saya, kan?”
”Benar Kamerad.”
”Nah, sekarang kalian menunjukkan apa yang kalian pelajari dari pidato saya.”
”Baik Kamerad.”

Dengan tetap sambil mengerumuni mobil tersebut, para penduduk pun berteriak. ”Dorong...dorong...” Namun, mereka tidak bergerak dari tempatnya berdiri.
”Apa yang kalian lakukan, kenapa hanya berteriak saja tanpa melakukan apa-apa?” tanya sang politikus heran.
”Kami hanya melakukan apa yang Kamerad contohkan kepada kami,” jawab para penduduk serempak.

*****
Cerita tersebut menyiratkan seorang pemimpin yang hanya bisa melontarkan wacana, tanpa bisa mencontohkan dengan tindakan. Hal ini pula yang dikhawatirkan terjadi –dan sudah terjadi– di beberapa aspek, terutama pemerintahan kita.

Banyak pihak yang berkoar-koar menyuarakan tindakan antikorupsi, tapi justru terlibat kasus korupsi. Hal ini juga terjadi di dunia pendidikan kita. Larangan merokok digemakan di lingkungan sekolah, namun justru ada guru yang merokok kebal-kebul di ruang kelas.

Sebagaimana ditekankan Ki Hadjar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional sekaligus pendiri Taman Siswa, pendidikan merupakan salah satu penentu kemajuan dan karakter bangsa. Karena itu, guru hendaknya tidak hanya piawai menyampaikan teori dalam kegiatan belajar mengajar, tapi juga memberikan contoh yang baik kepada para anak didik.

Guru merupakan profesi mulia yang kedudukannya sangat tinggi, meski –tak jarang– pengorbanan mereka tak sebanding dengan penghargaan yang didapatkan. Maka, sudah sepantasnya pemerintah serius meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di negeri ini. Termasuk, kompetensi para guru.

Sebab, di tangan merekalah nanti akan lahir generasi pemimpin bangsa. Generasi yang diharapkan memiliki karakter tegas yang mampu membawa bangsa ini lebih maju dari berbagai bidang. Jangan sampai anak didik kita berkarakter no action talk only, yang hanya bisa berwacana tanpa dapat memberikan contoh nyata. Semoga!

Graha Pena, 30 Agustus 2010

Tidak ada komentar: