Dengan Jilbab, Cantik di Dunia dan Akhirat



Oleh: Eko Prasetyo

Berkah terbesar dari Allah SWT adalah iman dan hidayah. Salah satu di antaranya adalah hijab. Tidak ada anugerah dan pertolongan terhadap seorang perempuan yang lebih besar daripada petunjuk dan hijab. Allah SWT berfirman: ”Janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang nampak daripadanya” (QS An-Nur: 31).

Betapa indah Islam mengatur segala sesuatu bagi kemaslahatan umat manusia. Jikalau mau disadari dan dipahami, peraturan dan perintah Allah itu diberikan untuk kebaikan hamba-Nya sendiri. Tak terkecuali, perempuan. Diperintahkan, seorang muslimah harus menghijab dirinya dengan sempurna. Karena itu, berjilbab menjadi wajib hukumnya bagi setiap akhwat atau perempuan muslim.

****

Akhir 2007 membawa kenangan tersendiri bagi saya pribadi. Ketika itu, di beberapa wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah dilanda banjir hebat. Penyebabnya, Sungai Bengawan Solo meluap. Memang, meluapnya sungai tersebut disebabkan hujan yang tak kunjung reda hingga berhari-hari waktu itu. Tak pelak, wilayah sekitar sungai tersebut bisa dipastikan terendam banjir.

Hanya ada satu pintu air untuk Bengawan Solo, yakni di Jawa Tengah. Karena itu, beberapa daerah di Jatim yang dialiri sungai tersebut kena dampak banjir yang merupakan bencana akhir tahun itu. Selain Solo, Blora, dan Cepu, beberapa kota di Jatim seperti Ponorogo, Ngawi, Magetan, Madiun, Trenggalek, Tuban, dan Lamongan dilanda banjir besar. Namun, yang tak bisa saya lupakan hingga sekarang adalah banjir di Bojonegoro.

Bantuan makanan dan obat-obatan dari para donator segera dikerahkan di wilayah-wilayah tersebut. Sayang, saya tak bisa menjangkau ke Kota Bojonegoro yang dua pertiga wilayahnya kena banjir paling parah. Pasalnya, akses masuk ke kota itu sulit karena jalan masuk ke sana di Lamongan dan Tuban juga dilanda banjir parah.

Evakuasi terhadap warga yang menjadi korban banjir intens dilakukan. Di daerah yang sulit terjangkau tim relawan dari sipil dan militer, beberapa warga terpaksa mengevakuasi anggota keluarga mereka sendiri. Hujan yang turun berhari-hari, ditambah meluapnya Bengawan Solo, membuat rumah-rumah warga korban banjir hanya terlihat gentingnya.

Banjir luapan Bengawan Solo menyisakan kisah mengharukan. Seorang rekan wartawan merekam kisah seorang korban. Yati, seorang ibu asal Cepu, berhasil menyelamatkan dua anaknya dengan menumpang perahu milik tetangganya. Selain kedua anaknya, dia sempat membawa seekor kambingnya. Nahas, perahu yang mereka tumpangi diterjang arus deras dan terbalik ke sungai. Bisa menguasai diri, Yati berupaya mengejar kedua anaknya yang terbawa arus sungai. ”Saya teriak-teriak minta tolong dan terus menyebut asma Allah, tapi tidak ada yang menolong. Saat itu sekitar pukul 23.30,” tuturnya.
Beruntung, lanjut Yati, anaknya tersangkut di tanaman yang dia sendiri tidak tahu apa namanya sehingga dapat dia gapai. Sedangkan kambingnya terus meluncur bersama derasnya air dan hanyut ke Bengawan Solo.

Bencana banjir akibat luapan Bengawan Solo akhir tahun lalu benar-benar dahsyat. Namun, di Bojonegoro itulah saya tak henti mengucapkan tasbih. Seorang ibu paro baya yang terjebak di area banjir berhasil menyelamatkan diri setelah bergantung di potongan kayu. Ketika bisa diselamatkan oleh warga, sang ibu itu tak membawa apa-apa kecuali Alquran kecil dengan tetap memakai jilbab besar meski basah kuyup. ”Saya sudah pasrah ketika itu,” akunya.

Subhanallah, berjuang saat menghadapi maut, ibu itu masih sempat menyelamatkan Alqurannya. Dalam kondisi bertaruh nyawa, beliau pun mampu bertahan dengan kehormatannya sebagai muslimah: memakai jilbab. Kejadian-kejadian tersebut tidaklah kecil dan sederhana jikalau kita menangkapnya sebagai sebuah pertanda kebesaran Allah.

***

Dalam berbagai kesempatan, entah di kampung, mal, pasar, kampus, ataupun kantor, saya banyak mencatat hal yang kontradiktif di sekitar. Hal tersebut adalah masalah jilbab. Di negara yang mayoritas warganya adalah muslim ini, jilbab masih dipandang sebagai pelengkap atau aksesori dalam berbusana bagi perempuan. Gaya hidup glamor ala Barat ditambah pemahaman terhadap agama yang kurang membuat sebagian masyarakat memandang sebelah mata masalah jilbab. Tak heran, masih banyak perempuan muslim mengenakan jilbab, tapi lekuk tubuhnya masih terlihat. Masya Allah.

Saya sangat tidak sependapat bahwa busana muslimah itu harus fashionable atau mengikuti mode. Sebab, hal ini bisa mengaburkan esensi kewajiban berjilbab. Bila ini terjadi, perempuan bisa mengenakan jilbab sambil memakai kaus dan celana ketat. Astagfirullah. Ini sudah banyak terjadi di masyarakat kita. Mulai remaja putri, mahasiswi hingga ibu-ibu. Padahal, jilbab secara sempurna adalah keharusan bagi seorang muslimah, bukan pilihan. Dalam Alquran Allah SWT berfirman: ”katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya..” (QS Al-Ahzab: 59).

Pengalaman ibu berjilbab besar yang selamat dari musibah banjir Bojonegoro tadi adalah salah satu contoh bagaimana seharusnya seorang perempuan menjaga kehormatannya. Jangan lagi perempuan memperturutkan keindahan nafsu dan ego dengan memakai pakaian secara serampangan yang memamerkan tubuhnya. Apa artinya dipuji karena memamerkan tubuh indah jika itu sangat dimurkai Allah SWT.

dimuat: Eramuslim (17 Juni 2008)

1 komentar:

selimut mengatakan...

iya juga sih, kalo niat pake jilbab mesti nya total sekalian. Kalo masih keliatan lekuk tubuh ya sama aja.