Oleh Eko Prasetyo
Terima Kasih Istriku
Oleh Eko Prasetyo
Bu, hari ini kau tampak begitu letih. Sebelum mataku terbuka melihat dunia, sebelum fajar mengajak kita bersujud, kau mencucikan pakaian dinasku. Segelas kopi untukku tak pernah absen di meja makan kita yang sederhana, yang tak layak disebut meja makan. Kala mataku lelah bekerja membangun sebuah masa depan, kau rajin mengingatkanku untuk tak lupa berdoa.
Bu, hari ini kau tampak begitu letih. Namun, kau berupaya menyembunyikannya di depanku dan selalu seperti itu. Dan aku tak tega untuk berterus terang bahwa aku mengetahui kau kelelahan. Maka, biarkan tubuhku menjadi perebahan sejenakmu melepas penat sebelum aku berangkat kerja.
Bu, hari ini kau tampak begitu letih. Namun, tak pernah kudengar engkau mengeluhkannya. Yang ada, kau rajin bersenandung di kamar kecil kita tiap maghrib dengan lantunan ayat-ayat suci. Waktu istirahatmu telah tercuri untuk darma baktimu sebagai istri.
Bu, hari ini kau tampak begitu letih. Tak jarang kau membuat masakan lezat kesukaanku. Tak jarang kau mengurusi segala urusan rumah tangga kita sendirian. Tak jarang aku harus meninggalkanmu demi tugas. Tak jarang aku lebih memikirkan pekerjaan di kantor ketimbang meluangkan waktu bersamamu.
Bu, hari ini kau tampak begitu letih. Selama satu tahun kau setia mendampingiku dalam suka dan duka. Tak sedikit pun kau lalai membukakan pintu ketika dini hari aku pulang kerja. Tak sedikit pun kau mengeluhkannya. Justru kau tak segan menyampaikan doa untuk keselamatanku.
Wahai muslimah baik, istriku, saksikan hari ini aku sebagai laki-laki yang egois dan memikirkan diri sendiri untuk:
Menyampaikan rasa kagumku.
Menyampaikan maafku karena keteledoranku.
Menyampaikan terima kasih tak terhingga atas pengorbananmu.
Menyampaikan kebanggaanku sebagai suamimu.
Graha Pena, 2 April 2010
www.samuderaislam.blogspot.com
Gurusiana
4 tahun yang lalu
3 komentar:
Ya Rob
katamu jodoh adalah suratan takdir
katamu yang baik dapat yang baik
katamu yang buruk dapat yang buruk
Ya Rob
jodohku orang yang buruk
jodohku menikah denganku karena uang
jodohku selalu menyakitiku
jodohku suka main perempuan
jodohku sangat kejam
jodohku sangat pelit
jodohku main judi
dia ucap cerai karena aku tidak mau beli rumah
next...
Mas Eko, puisi yang bagus, pastilah istri nya yang baca ini akan menangis.
Tapi di paragraph pertama dan kedua saya masih ragu apakah ini puisi untuk istri atau untuk Ibu, karena Mas Eko selalu menyebut ibu.Untuk lebih menyenangkan istri dan terdengar lebih indah, bagaimana menyebut istri dengan sebutan yang berbeda dengan sebutan untuk ibu? (kecuali kalau sedang "membahasakan" anak)
Salam
Mbak Dinda
Ya,puisi itu untuk istri saya. Saya menyebutnya Ibu karena calon ibu. Selain itu, saya punya panggilan sayang untuk beliau, tapi maaf saya sungkan mengungkapkannya di sini. Matur nuwun atensinya.
Posting Komentar