Oleh Eko Prasetyo
Kehidupan adalah kampus terbaik. Ya, saya setuju dengan kalimat bijak tersebut. Terbukti, kita bisa belajar dari mana saja dari kehidupan ini. Banyak hikmah yang terkandung dari pengalaman dan peristiwa yang terjadi. Semuanya menjadi bukti kebesaran-Nya.
Hal paling kecil pun bisa menjadi pertanda kebesaran Allah. Misalnya, lebah dan semut. Maka, tak ada alasan untuk mengingkari nikmat-Nya. Sudah seharusnya manusia bersyukur atas nikmat-nikmat itu.
”Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.” (QS An-Nahl: 18)
*****
Beberapa bulan belakangan, aktivitas saya begitu padat. Intensitas kegiatan di kantor tersebut cukup menyita waktu dan tenaga. Imbasnya, saya terkadang kurang memperhatikan hal-hal kecil yang sebenarnya cukup mengganggu.
Dampak lainnya, intensitas pertemuan saya dengan keluarga juga minim. Namun, saya tak mau larut dengan keluhan ini itu. Saya tak suka menunda pekerjaan yang bisa berakibat menumpuknya pekerjaan lain.
Kendati sibuk, sebisa-bisanya saya tetap meluangkan waktu untuk istri di rumah. Kerja boleh padat, tapi keluarga tetap prioritas. Yang tak kalah penting, baca bismillah setiap akan memulai sesuatu dan salat tepat waktu. Istiqamah dalam menjaga ibadah itu memang tak mudah, tapi kita harus yakin bisa. Saya bersyukur punya istri yang begitu baik dan selalu mengingatkan dalam hal ibadah.
Suatu ketika, sebuah pesan singkat (SMS) masuk di ponsel saya. Saya diminta untuk ke kantor saat itu juga. Ada panggilan tugas mendadak yang harus segera dirampungkan. Setelah mandi dan sarapan, saya bergegas mengambil kemeja di lemari. Karena terburu-buru, setelah memakai kemeja, saya mengambil celana jins di centelan pintu kamar.
Sebelumnya, istri saya sudah mengingatkan agar saya tak memakai celana jins di centelan tersebut. Alasannya, celana ”Maaf, tapi saya buru-buru,” jawab saya kepada dia. Setelah mengucapkan salam kepada istri, saya langsung berangkat ke kantor.
Waktu kian beranjak siang, saya masih meeting. Setelah azan salat Duhur memanggil, saya lekas minta izin untuk salat dahulu. Setelah salat, beberapa waktu kemudan ponsel saya berbunyi, menyampaikan SMS baru.
Rupanya, SMS itu berisi dari istri saya. Namun, semuanya mendadak berubah. Saya tertegun membaca SMS tersebut. Saya yang tadinya semangat menjadi lemas. Raut wajah ini saat itu tak dapat menyembunyikan rasa malu. Apa penyebabnya?
Istri saya ternyata tak suka saya memakai celana jins tadi. Dalam SMS itu, istri saya kecewa karena saya mengenakan jins yang seharusnya dia cuci pagi itu. ”Tak pantas menghadap Allah dengan memakai celana yang sudah lusuh dan kotor,” demikian sebagian isi pesan singkat tersebut.
Saya terhenyak. Bibir saya terasa kelu. Saya betul-betul malu. Istri saya benar. Tak seharusnya saya menghadap Sang Pencipta dalam keadaan memakai celana jins yang mungkin saja sudah kotor tersebut.
Malam ketika mengedit berita, saya teringat dengan SMS tersebut. Sungguh, saya bersyukur dengan anugerah Allah yang begitu besar ini. Ada seorang perempuan baik yang kerap mengingatkan dalam hal kebaikan. Semoga Allah selalu merahmatinya.
Rabbana hablana min azwajina wadzurriyatina qurrata a’yun waj’alna lil muttaqina imama...
Graha Pena, 5 Januari 2010
www.samuderaislam.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar