Untung, Naskah Saya Ditolak

Oleh Eko Prasetyo

Ndableg. Ya, menurut saya, seorang penulis harus punya sifat dan sikap tersebut.  Namun, jangan keburu menilai ndableg dalam arti yang negatif. ndableg yang saya maksud adalah ngotot dan tidak lekas berputus asa.
Saat memutuskan untuk menulis dan mengirimkannya ke sebuah media atau penerbit, salah satu konsekuensi yang dihadapi adalah penolakan. Ini pula yang sering saya alami.
Tak kurang, beberapa penerbit terkenal menolak naskah saya. Misalnya, Bentang (Jogja), Pro-U Media (Jogja), Gema Insani Press (Jakarta), Masmedia (Sidoarjo), FLP Publishing (Jakarta), dan lain-lain. Semua e-mail penolakannya masih saya simpan dan saya print. Kendati kecewa karena naskah ditolak, saya tetap berupaya memperbaiki naskah dan mengirimkannya ke penerbit lain. Saya tidak pernah merasa gagal. Sebab, merasa gagal adalah awal dari sebuah kegagalan.  
Nah, di situlah sikap ndableg dibutuhkan. Saya menyadari bahwa meratapi tanpa berupaya memperbaiki kekurangan adalah hal yang sia-sia.
Saya memotivasi diri dengan terus mengembangkan keterampilan menulis. Salah satu motivasi besar saya dapatkan dari Jack Canfield. Bagi penggemar buku, nama pria 65 tahun tersebut tentu tidak asing.
Jack dan Mark Victor Hansen adalah motivator yang melahirkan buku-buku Chicken Soup for the Soul. Buku-buku tersebut berisi kisah-kisah pendek yang menginspirasi pembaca. Ketika SMP, saya berjuang untuk menyisihkan uang jajan demi membeli salah satu seri buku Chicken Soup for the Soul.
Saya nggak rugi baca buku tersebut. Kisah-kisahnya bagus dan mudah dipahami untuk level pelajar SMP seperti saya waktu itu.
Beberapa tahun kemudian, saya mendapatkan kisah utuh tentang siapa sebenarnya Jack Canfield dan cerita di balik kesuksesan seri buku tersebut.
Ide membuat buku itu lahir saat Jack teringat percatan neneknya. Yakni, sup ayam dapat menyembuhkan apa pun. Kemudian, tebersit ide dari Jack untuk menghimpun naskah buku seperti filosofi sup ayam. Bedanya, sup tersebut ”diolah” untuk menyembuhkan jiwa (soul).
Ide itu diamini oleh Mark Victor Hansen. Akhirnya, mereka berdua mengumpulkan cerita-cerita pendek yang menggugah dalam buku Chicken Soup for the Soul.
Perjuangan tidak berhenti sampai di situ. Hambatan lain muncul manakala naskah tersebut dikirimkan ke penerbit. Mereka harus menerima kenyataan bahwa naskah itu ditolak. Tidak hanya sekali, bahkan berkali-kali. Tak ada satu pun penerbit yang bersedia memublikasikan naskah itu.
Kendati begitu, Jack dan Mark tidak mau mengalah! Mereka mencari penerbit lain meski terus ditolak. Tercatat, tak kurang dari 130-an penerbit yang sudah menolak naskah mereka.
Hingga akhirnya penerbit Health Communications Inc bersedia memublikasikan naskah Jack dan Mark. Chicken Soup for The Soul akhirnya menjadi salah satu buku serial paling laris di dunia. Pada 2010 saja, tak kurang penjualan buku itu mencapai 120 juta eksemplar. Angka yang fantastis! Bahkan, total penjualan buku dan merchandise-nya sekitar USD 1,3 miliar atau hampir Rp 1,3 triliun.
Pengalaman pahit ditolak penerbit juga pernah dialami J.K. Rowling. Dia merupakan salah satu novelis sukses dunia. Karyanya, serial Harry Potter, pernah ditolak oleh belasan penerbit. Alasannya, naskah itu dianggap terlalu mengkhayal. Namun, J.K. Rowling tetap ndableg. Dia terus berusaha melamar ke penerbit lain hingga ada yang mau memublikasikannya.
Kini, setelah naskah itu dicetak, novel Harry Potter begitu melegenda. Dari novelnya saja, penjualannya mencapai 325 juta kopi! Itu belum termasuk royalti dari merchandise dan film yang diadaptasi dari novel tersebut.
Saya pun tidak merasa sendiri. Saya bersyukur dan merasa beruntung karena naskah saya pernah ditolak oleh banyak penerbit. Dari situ saya merasa mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki lagi dan lagi. Alhamdulillah, setelah Antologi Mahabah yang saya terbitkan dari biaya sendiri (self publishing), salah satu naskah saya diterbitkan oleh PT Eramuslim Global Media (Jakarta) dalam buku Menembus Batas Logika (April 2009).  Alhamdulillah.
Penolakan penerbit bukan akhir dari segalanya. Allah Mahakaya dan rezekinya mahaluas tak terkira. Karena itu, jika naskah saya ditolak di satu penerbit, saya akan terus berusaha menawarkannya ke penerbit lain. Di dalam suatu kesulitan, pasti terdapat kemudahan. Dan saya tak pernah meragukan hal itu. 

Graha Pena, 6 Feb 2011 

Tidak ada komentar: