Anak
merupakan titipan Tuhan. Tak salah jika anak disebut amanat Tuhan. Juga
anugerah-Nya paling besar. Perjuangan bagi seorang ibu saat melahirkan anaknya
dan pengorbanan orang tua dalam membesarkan mereka bisa menjadi suatu
kebahagiaan tersendiri. Suatu kebanggaan karena diberi kepercayaan untuk
mendidik mereka menjadi manusia yang baik.
Namun,
tidak semua orang diberi kepercayaan yang besar itu dari-Nya. Ada orang tua yang begitu mendambakan
kehadiran si kecil, namun tak kunjung mendapatkannya, bahkan selama
berpuluh-puluh tahun.
Itulah
pengalaman saya dengan Malik. Sehari-hari ia mencari rezeki dengan menjual es
tebu di pinggiran Dusun Saimbang, Desa Saimbang, Sidoarjo. Letaknya tak jauh
dari SDIT Nurul Fikri, tempat saya biasa antar jemput istri saya.
Setahun
lalu, Malik memiliki kedai kopi dengan bagunan semipermanen di tempat yang tak
jauh dari tempatnya berjualan es tebu saat ini. Karena adanya larangan
mendirikan bangunan di situ, Malik harus merelakan kedainya terkena penertiban
alias digusur. Saya bisa dibilang pelanggan setianya saat ngopi tiap sore di
kedainya saat itu. Kini dalam tempo-tempo tertentu saja, saya mampir untuk
sekadar menyapanya atau membeli es tebu di sana .
Dalam
berjualan, Malik biasanya ditemani sang istri. Mereka mulai membuka lapak pukul
sembilan pagi dan pulang pukul lima
sore. Harga segelas es tebu hijaunya hanya Rp 2 ribu.
Siang
itu, selepas rapat redaksi pagi Jawa Pos, saya bermaksud pulang lagi
ke rumah. Karena cuaca amat terik, rasa haus tak bisa saya tahan. Karena itu, saya
menyempatkan mampir di stan es tebu milik Malik. Hari itu pria 53 tahun
tersebut menyapa saya ramah. Ia mengira saya hendak mampir ke sekolah tempat
istri saya mengajar. Saya jawab tidak. Hanya kebetulan mampir dan melepas
dahaga dengan es tebunya.
Saya
juga mencomot beberapa jajanan yang tersedia di situ. Malik meminjam koran yang
saya bawa. Ia membaca salah satu berita tentang pembunuhan balita oleh ayah
kandungnya di Sidoarjo akhir Juni lalu.
Wajahnya
tampak murung. Gurat kesedihan jelas tampak di wajahnya. Di berita itu
disebutkan bahwa si bapak tega membunuh anaknya karena diduga untuk menambah
kesaktian ilmu supranatural yang ditekuninya. Pembunuhannya pun tergolong
sadis. Si anak dicekik, lalu lidahnya digigit oleh bapaknya sampai putus.
Tanpa
sengaja saya melihat mata Malik berkaca-kaca. ”Kenapa Pak?” tanya saya.
Akhirnya baru hari itu saya tahu dari Malik bahwa ternyata ia belum dikaruniai
anak. Malik mengaku usia pernikahannya telah menginjak tahun ke-34 tahun. Ia
sangat sedih membaca berita tentang bapak yang membunuh anak kandungnya dengan
sadis. Sementara ada orang lain yang begitu mendambakan punya anak. Jelas
sekali Malik larut dalam kepedihan.
Malik
adalah seorang yang ramah. Kepada siapa pun pembeli es tebunya, Malik dan istri
tak lupa untuk melayani dengan senyum. Bahasa yang mereka pakai pun kerap
bahasa Jawa krama inggil.
Bahkan,
istri Malik selalu berbicara dengan bahasa Jawa halus dengan suaminya, santun
sekali.
Malik
mengatakan, kendati belum punya anak, ia tak pernah berpikir untuk menikah lagi
dengan wanita lain agar bisa punya keturuanan. Malik juga tidak berniat untuk
mengadopsi anak. Alasannya, ada keponakan dan cucu-cucu keponakan yang kadang
meramaikan suasana kediamannya.
Namun,
ujarnya, ia tak bisa memungkiri sangat ingin memiliki anak yang lahir dari
rahim istrinya. ”Tapi itu sudah tak mungkin, istri saya sudah tua,” ucap Malik
dalam bahasa Jawa halus.
Baginya,
menikah itu tidak sekadar memiliki keturunan, namun ada pelajaran dan hikmah
hidup di sana .
Ia yakin Allah punya pandangan yang lain terhadapnya. Wajah Malik terlihat
pasrah. Ia berusaha menerima dengan ikhlas apa yang tengah dialaminya terkait
dengan kerinduannya yang begitu mendalam tersebut.
Life
must go on. Bisa jadi Allah punya rencana yang indah buat Malik dan istrinya.
Tanggung jawab memiliki anak itu sangat besar. Apa pun itu, Malik tetap
berusaha menjalani hidup seperti air mengalir tanpa harus terbebani asa
memiliki anak kandung. Hal yang membahagiakan bagi saya adalah melihat Malik
kompak bekerja dan saling membantu satu sama lain. Juga tutur kata santun dari
istri Malik kepada sang suami.
Saya
percaya, Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Tidak ada yang mustahil
baginya.
Itu
pula yang terjadi pada Siti Sarah, istri Nabi Ibrahim as. Doa Nabi Ibrahim dikabulkan
oleh-Nya. Sarah, sang istri tercinta, yang selama ini hamil akhirnya mengandung
dan melahirkan seorang anak laki-laki yang saleh bernama Ishaq, yang kelak juga
diangkat sebagai nabi. Padahal, kala itu Sarah sudah berusia lanjut dan
sebelumnya mandul.
Sebelum
beranjak dari situ, saya berusaha menghibur Malik. ”Aku ini kan juga anak sampeyan tho,
Pak,” ucap saya sembari mendoakan semoga Allah senantiasa memberikan
kebahagiaan untuk keduanya. Setia sampai maut memisahkan mereka.
Graha Pena, 4 Juli
2012
1 komentar:
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
Posting Komentar